20 Desainer dalam 22 Karya Masterpiece

THE Masterpiece menjadi media apresiasi HighEhd terhadap industri kreatif Indonesia, terutama fesyen. Ke-20 anak bangsa yang berpartisipasi sukses mempersembahkan karya masterpiece mereka.


Dalam tema "Archipelago", The Masterpice mengangkat karya multietnis, multibahasa, multiagama, dan masyarakat hingga menciptakan budaya unik. Ajang yang dihelat untuk keempat kalinya ini dimeriahkan 20 desainer terkemuka Tanah Air yang memamerkan 22 koleksi masterpiece.

"The Masterpiece menjadi area kami untuk menunjukkan kami punya visi dan misi yang sama sebagai anak bangsa, membangun sebuah mata rantai yang penuh cinta. Melalui karya seni, kita tidak terkotak-kotak, yang membedakan kami bagaimana kami bisa berkarya dan mampu menjadi tonggak," kata Anne Avantie saat konferensi pers “HighEnd The Masterpiece” di Pacific Place Mal, Jakarta, Senin (25/7/2011).

Terdiri dari desainer senior dan yunior, 20 desainer yang berpartisipasi, di antaranya Adjie Notonegoro, Agnes Budhisurya, Ali Charisma, Anne Avantie, Barli Asmara, Deden Siswanto, Ferry Sunarto, Harry Ibrahim, Lenny Agustin, Luwi Saluadji, Malik Moestaram, Marga Alam, Oka Diputra, Priyo Oktaviano, Rudy Chandra, Rusly Tjohnardi, Sapto Djojokartiko, Sofie, Tex Saverio, dan Wong Hang. Mereka  meluncurkan koleksi masterpiece gaun malam, busana pria, dan busana kebaya.

"Program ini sangat baik sekali untuk desainer senior maupun yunior. Ini adalah wadah di mana kita bisa memberikan apresiasi sehingga hasil karya kita dapat dilihat. Masterpiece, karena karya kita benar-benar masterpiece, mulai dari teknik, bahan, sampai pola sehingga bisa menonjolkan karya masterpiece," papar Barli Asmara pada kesempatan yang sama.

Dengan berbagai tema yang mewakili kekayaan budaya Indonesia, setiap desainer mengambil inspirasi dari banyaknya pulau-pulau di Indonesia, mulai dari Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, hingga Papua.

Mengangkat tema "Padang Gadang", misalnya, Lenny Agustin mempersembahkan gaun berbentuk bak rumah gadang. Kebudayaan Padang telah menginspirasi Lenny untuk menerjemahkan rancangannya dengan sentuhan kain songket, brokat, dan perhiasan.

"Terinspirasi dari rumah gadang, Sumatera. Sebenarnya bukan fokus ke Padang, tapi lebih ke Sumatera. Dengan material utama kain songket, gaun ini dibuat dengan teknik khusus, sementara blusnya mengambil tema dari Lampung," jelas pemilik label Lenny Agustin dan Lennor ini.

Marga Alam, dengan tema "Exotic Blend" mempersembahkan kebaya berpadu dengan ball gown bertahtakan kristal yang menjadikan gaun memiliki sentuhan lux.

Sementara terinspirasi keindahan Sumatera Barat, Deden Siswanto mempersembahkan Ranah Minang dalam gaun rancangannya yang menggunakan material songket dalam tema "Lovely Nagari".

Ferry Sunarto mengangkat tema "The Art of Coral Reef" yang mewujudkan kecantikan Bunaken dalam kebaya dengan siluet modern. Malik Moestaram, dengan tema "Neo Queeny" mengambil inspirasi dari festival Papua. Malik mempersembahkan gaun rancangannya lengkap dengan bentuk koteka yang dihiasi aksesori logam.

Dengan tema "Illuminati" Harry Ibrahim terinspirasi dari kekayaan dan unsur alami Raja Ampat. Sofie sendiri mempersembahkan koleksi masterpiece yang mewakili inspirasi dari keindahan Yalimeck, Papua. Lihat pula karya Ali Charisma dengan tema "Incense of Borneo" yang mempersembahkan keindahan Kalimantan dalam balutan busana memikat.

"Karyanya membuat suatu kejutan tak terduga. Ada sesuatu yang baru, dengan teknik baru, membuat rancangannya terasa unik," ungkap Ai Syarif, Managing Editor dan Fashion Editor majalah HighEnd kepada okezone.

Dengan tema "Nouvelle Dayak Fantasia", Rusly Tjohnardi mengangkat budaya Dayak dalam sebuah gaun. Mengambil tema "The Rangkong Bird of Borneo", Adjie Notonegoro menampilkan koleksi apik dengan pemakaian bulu burung merak di setiap bagian. Sedangkan Oka Diputra mengambil tema "UMA". Rudy Chandra dengan tema "Nostalgic Theater". Dan, Priyo Ocktaviano dengan tema "Paradisiac".

Desainer yang kreasinya banyak dibicarakan lantaran sempat dikenakan Lady Gaga, Tex Saverio mengusung tema "Gold Forever" dengan rancangan berupa tube dress dominasi warna gold.

Agnes Budhisurya dengan tema "Equillibrio" berhasil mempersembahkan gaun lukis yang kembali dilukis olehnya. Wong Hang dengan tema "Timeless Heritage" mempersembahkan dua koleksi pria. Sama dengan Wong Hang, Luwi Saluadji menampilkan dua koleksi pria dengan mengangkat tema "Heritage Parangan".

Barli Asmara, dengan tema "The Art of Batik" mempersembahkan kain Solo kolaborasi Batik Semar. "Kain yang digunakan menurut Batik Semar harus dieksplorasi, jadi bukan batik yang kuno," tandas pria 34 tahun itu.

Pada bagian penutup, Anne Avantie mempersembahkan busana kebaya dengan tema "Wayang Golek". Busana tersebut unik, karena terbuat dari sisa-sisa kain batik yang dirancang satu menjadi karya masterpiece.

"Dengan koleksi ini, saya ingin menyampaikan pesan untuk selalu memelihara semua dalam kesederhanaan," tutupnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2011 @ noroc clothing!
Design by ferie ermawan | Bloggerized by Noroc Clothing and ferie ermawan | Powered by Noroc Clothing